Peneliti UTEP dan Stanford Menemukan Keterbatasan Zooplankton dalam Membersihkan Air yang Tercemar Tinja

Para peneliti dari Universitas Texas di El Paso dan Universitas Stanford menemukan bahwa zooplankton, hewan akuatik kecil yang dikenal suka memangsa bakteri, tidak efektif membersihkan air yang terkontaminasi mikroorganisme tinja. Temuan mereka, yang dipublikasikan dalam jurnal mSphere, memiliki implikasi signifikan terhadap kualitas air dan kesehatan masyarakat.

Dalam kejadian tak terduga, para ilmuwan dari Universitas Texas di El Paso (UTEP) dan Universitas Stanford telah menemukan bahwa zooplankton, makhluk air kecil yang dikenal karena kebiasaan memakan bakteri, gagal membersihkan air yang terkontaminasi mikroorganisme tinja.

Diterbitkan Dalam jurnal mSphere, penelitian ini memberikan wawasan inovatif mengenai keterbatasan mengandalkan komunitas zooplankton alami untuk mengolah badan air yang terkontaminasi limbah. Lebih dari separuh sungai, teluk, dan muara di AS dianggap tidak aman untuk setidaknya satu penggunaan, terutama karena kontaminasi tinja, menurut inventaris kualitas air tahun 2017.

“Ketika limbah dibuang ke perairan bersih dan manusia terpapar limbah tersebut, hal ini dapat menyebabkan penyakit pada manusia,” kata penulis korespondensi Lauren Kennedy, asisten profesor teknik sipil di UTEP, dalam sebuah pernyataan. rilis berita“Penelitian kami berupaya memahami faktor-faktor apa yang dapat membuat patogen tidak dapat menginfeksi manusia. Dengan kata lain, berapa lama waktu yang dibutuhkan agar air menjadi aman untuk rekreasi lagi tanpa bentuk intervensi dari luar?”

Kennedy menguraikan bagaimana air dari limbah dan tangki septik dapat secara tidak sengaja memasuki sistem air tawar akibat kecelakaan, fasilitas pengolahan yang tidak memadai, atau infrastruktur yang terkorosi.

Tim peneliti berhipotesis bahwa zooplankton yang terdapat secara alami di air tawar dan air asin mungkin memakan patogen dari kontaminasi feses, sehingga memurnikan air. Untuk mengujinya, mereka memasukkan virus MS2 dan bakteri E. coli — keduanya merupakan proksi untuk kontaminan yang umum dalam limbah — ke dalam sampel air dari wilayah Teluk San Francisco.

Temuannya mengejutkan. Partikel yang lebih besar dalam sampel, yang mencakup zooplankton, memiliki sedikit atau tidak ada efek dalam menonaktifkan proksi patogen. Namun, partikel yang lebih kecil, seperti garam terlarut, menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dalam menonaktifkan patogen, terutama di lokasi yang mengandung garam seperti Pantai San Pedro.

“Saya bangga karena kami mampu memberikan perspektif lain untuk dipertimbangkan dalam upaya pemulihan air permukaan,” imbuh Kennedy.

Studi ini menyoroti perlunya memikirkan kembali asumsi saat ini tentang peran ekologis zooplankton di badan air yang terkontaminasi, tambahnya.

Seiring meluasnya cakupan penelitian ini, tahap-tahap selanjutnya akan menyelidiki lebih dalam bagaimana salinitas memengaruhi kelangsungan hidup patogen di perairan yang terkontaminasi, yang bertujuan untuk menginformasikan strategi yang lebih baik untuk pengelolaan kualitas air dan keselamatan kesehatan masyarakat.