Para ilmuwan di Belgia telah menemukan mekanisme kunci yang melindungi kulit dari peradangan, membuka pintu bagi pengobatan baru untuk penyakit kulit kronis. Studi ini menyoroti peran protein ATG9A dalam mencegah gangguan inflamasi.
Tim peneliti di Vlaams Instituut voor Biotechnologie (VIB) dan Universitas Ghent telah mencapai terobosan luar biasa dalam memahami dan mengelola peradangan kulit. Temuan mereka, diterbitkan dalam jurnal Immunity, menjelaskan mekanisme yang dapat membuka jalan bagi perawatan inovatif untuk kondisi kulit kronis, seperti psoriasis dan lupus.
Penelitian ini berfokus pada ATG9A, sebuah protein yang berperan dalam proses pembersihan sel yang dikenal sebagai autofagi. Proses ini memastikan sel-sel kulit tetap sehat dengan membuang protein berbahaya sebelum terakumulasi dan memicu peradangan.
Tim dari Pusat Penelitian Peradangan (IRC) VIB-UGent memanfaatkan model tikus canggih dan data pasien untuk menunjukkan bahwa kekurangan ATG9A menyebabkan penyakit kulit parah akibat serangkaian sinyal peradangan.
"ATG9A tampaknya bertindak sebagai represor utama peradangan kulit," ujar penulis utama Dario Priem, seorang peneliti pascadoktoral IRC, dalam siaran pers. "Dengan mengarahkan protein inflamasi menuju autofagi, ATG9A mampu menghentikan berbagai jalur inflamasi."
Para peneliti menemukan hubungan signifikan antara faktor nekrosis tumor (TNF) dan interferon tipe I (IFN), dua molekul yang diketahui memicu penyakit kulit seperti psoriasis. Mereka menemukan bahwa tanpa adanya ATG9A, TNF memicu respons IFN abnormal melalui molekul yang disebut ZBP1, yang menyebabkan kematian sel masif dan kerusakan kulit selanjutnya.
Perawatan saat ini untuk penyakit kulit seperti psoriasis sering kali bergantung pada terapi anti-TNF, yang dapat mengakibatkan efek samping yang parah.
Identifikasi jalur TNF–IFN–ZBP1 menawarkan potensi untuk pengembangan pengobatan yang lebih terarah dan lebih aman. Jalur ini juga dapat memiliki aplikasi yang lebih luas, seperti mengelola penyakit inflamasi lain yang dipicu oleh TNF seperti artritis reumatoid dan penyakit radang usus.
"Penemuan ini tidak hanya memperdalam pemahaman kita tentang bagaimana sistem imun diatur, tetapi juga menyoroti target obat baru yang menjanjikan bagi pasien yang menderita penyakit kulit atau patologi inflamasi kronis lainnya," tambah penulis senior Mathieu JM Bertrand, seorang profesor madya di Universitas Ghent dan pemimpin penelitian IRC.

