Studi Baru Mengungkapkan Akar Penyebab Gangguan Makan pada Mahasiswa

Sebuah studi multi-institusi baru mengungkap beragam pola gangguan makan di kalangan mahasiswa, menantang stereotip dan menggarisbawahi pentingnya dukungan kesehatan mental yang disesuaikan.

Gangguan makan di kalangan mahasiswa merupakan masalah multifaset yang menuntut perawatan kesehatan mental yang dipersonalisasi, menurut sebuah studi baru oleh para peneliti dari Universitas Cincinnati, Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas West Virginia, Universitas Miami, dan Universitas West Virginia.

"Studi ini menyoroti betapa rumitnya gangguan pola makan dan menekankan perlunya perawatan kesehatan mental yang dipersonalisasi," kata salah satu penulis, Rose Marie Ward, seorang peneliti psikologi di Universitas Cincinnati, dalam rilis berita.

Menurut National Eating Disorders Association, gangguan makan paling umum terjadi di kalangan dewasa muda. Namun, ada kepercayaan yang terus-menerus namun keliru bahwa gangguan makan terutama menyerang gadis remaja kulit putih, kaya, dan kaya raya.

Studi ini, diterbitkan dalam Jurnal Gangguan Makan, mengungkap bahwa gangguan makan tersebar luas secara demografis dengan penyebab yang beragam.

Para peneliti memeriksa data survei kesehatan 1,362 mahasiswa berusia 18-24 tahun.

Temuan tersebut mengidentifikasi lima pola berbeda dari perilaku makan yang tidak teratur, masing-masing terkait dengan berbagai tingkat kecemasan, toleransi terhadap tekanan, dan penggunaan alkohol.

Satu temuan penting mengungkapkan bahwa hampir 8% siswa menunjukkan tingkat kecemasan tinggi yang disertai gangguan makan parah. Sekitar 70% dari kelompok ini mengidentifikasi diri sebagai perempuan dan menunjukkan skor tinggi pada beberapa faktor risiko psikologis, yang menunjukkan adanya beberapa tantangan kesehatan mental yang tumpang tindih.

“Temuan ini penting karena menunjukkan bahwa kecemasan memainkan peran utama dalam kasus gangguan makan yang paling parah,” tambah Ward.

Penemuan tak terduga lainnya adalah kelompok yang mencakup hampir 10% dari sampel, sebagian besar siswa laki-laki, yang melakukan olahraga berlebihan dan perilaku pembentukan otot. Kelompok ini melaporkan tingkat kecemasan dan tekanan emosional terendah. Perilaku ini mengingatkan pada apa yang disebut sebagian orang sebagai "drunkorexia," di mana individu menyeimbangkan kebiasaan minum berat dengan kebiasaan makan dan kebugaran sebagai kompensasi.

“Hasil ini menunjukkan bahwa gangguan pola makan tidak sama untuk semua orang,” imbuh Ward, sambil menekankan bahwa beberapa siswa mungkin menggunakan makanan, olahraga, atau alkohol dengan cara yang tersamar sebagai perilaku sehat tetapi sebenarnya menunjukkan masalah yang lebih dalam.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku yang tampaknya sehat, seperti olahraga berlebihan, dapat diabaikan, terutama pada individu yang tidak menunjukkan tanda-tanda umum tekanan emosional.

"Temuan kami menantang gagasan bahwa gangguan makan hanya ada dalam bentuk yang ekstrem atau nyata," imbuh penulis utama Elizabeth Claydon, asisten profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Universitas West Virginia. "Dengan mengenali berbagai macam perilaku dan akar psikologisnya, kami dapat menciptakan sistem pendukung yang lebih efektif dan disesuaikan untuk para siswa."

Sumber: University of Cincinnati