Akses yang Tidak Merata terhadap Ruang Hijau Menghambat Program Pengurangan Waktu Menggunakan Layar

Sebuah studi yang dipimpin Universitas Michigan mengungkap bahwa akses yang tidak merata ke ruang hijau memengaruhi efektivitas program pengurangan waktu menonton layar bagi anak-anak, menyoroti perlunya investasi yang adil dalam lingkungan hijau.

Program yang bertujuan untuk mengurangi waktu anak-anak di depan layar jauh lebih efektif jika anak-anak memiliki akses ke ruang terbuka hijau, menurut sebuah studi baru yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Michigan. Akses yang tidak merata ke ruang-ruang ini merusak keberhasilan program tersebut, terutama di lingkungan dengan populasi penduduk Hispanik dan kulit hitam yang lebih tinggi.

Penelitian, diterbitkan dalam jurnal Health & Place, menyoroti bagaimana kesenjangan akses ke taman, hutan, dan padang rumput dapat menyebabkan ketidakadilan dalam kebiasaan waktu layar anak-anak, yang berpotensi memengaruhi kesehatan dan perkembangan mereka secara keseluruhan.

“Karena penelitian sebelumnya telah menunjukkan perbedaan dalam efektivitas program dan kebijakan masyarakat berdasarkan ras dan etnis, kami bermaksud untuk menunjukkan mengapa hal ini mungkin terjadi. Kami berpikir bahwa akses ke ruang hijau mungkin menjadi faktor kunci, mengingat penelitian nasional menunjukkan ketidakadilan ras dan etnis dalam ketersediaan ruang hijau,” kata penulis pertama Ian-Marshall Lang, seorang peneliti di Sekolah Kinesiologi U-M, dalam sebuah pernyataan. rilis berita.

Para peneliti memanfaatkan data dari Healthy Communities Study, yang meneliti lingkungan sekitar dan dampaknya terhadap perilaku terkait obesitas di antara anak-anak dari berbagai ras dan etnis. Temuan ini penting mengingat sekitar dua pertiga anak usia 6-17 tahun melebihi batas waktu menonton layar yang direkomendasikan, yaitu dua jam per hari.

"Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang siapa yang memiliki akses ke ruang terbuka hijau yang luas. Baik studi kami maupun data nasional menunjukkan ruang terbuka hijau kurang umum di komunitas dengan populasi Hispanik dan kulit hitam yang lebih banyak," tambah Lang.

Anak-anak di daerah ini sering kali tidak memiliki ruang luar yang aman dan mudah diakses, yang pada gilirannya mengurangi keberhasilan program berbasis masyarakat yang dirancang untuk mengurangi waktu menonton layar.

Ruang terbuka hijau di lingkungan sekitar dapat menyediakan kegiatan alternatif bagi anak-anak untuk mengisi waktu luang mereka dengan bermain dan melakukan aktivitas fisik, yang sangat penting bagi perkembangan mereka. Akan tetapi, penelitian tersebut menemukan bahwa program komunitas yang intensif memiliki efektivitas yang terbatas di area yang tidak memiliki lingkungan hijau yang mendukung.

“Program yang lebih intensif dikaitkan dengan waktu menonton layar yang lebih sedikit di tempat-tempat dengan banyak ruang hijau di dekatnya, tetapi tidak di tempat-tempat dengan ruang hijau yang rendah atau sedang,” tambah Lang.

Hal ini menggarisbawahi perlunya solusi komprehensif yang lebih dari sekadar peningkatan intensitas program.

Implikasi dari penelitian ini menunjukkan perlunya investasi yang lebih adil di ruang hijau.

“Pekerjaan ini sangat penting bagi organisasi yang memiliki tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan investasi yang adil dalam ruang hijau untuk mendukung kesehatan anak-anak,” tambah Lang.

Upaya seperti Program Jalan Kaki 10 Menit, yang bertujuan untuk memastikan bahwa setiap orang di kota-kota AS memiliki akses ke taman yang berkualitas dalam jarak 10 menit berjalan kaki dari rumah mereka, dapat memainkan peran penting dalam mengatasi kesenjangan ini. Dengan menciptakan lingkungan yang adil dan sehat bagi semua masyarakat, inisiatif semacam itu dapat meningkatkan hasil kesehatan yang lebih baik dan strategi pengurangan waktu menonton layar yang lebih berhasil.