Naik Turunnya Hobi Menjadi Karier

Sebuah studi baru mengungkap tantangan dan penghargaan bagi mereka yang meninggalkan pekerjaan konvensional untuk mengejar karier sebagai instruktur olahraga salju. Temuan tersebut menjelaskan pengorbanan yang terlibat dan kepuasan yang ditemukan dalam pekerjaan yang bermakna.

Dalam dunia di mana jadwal kerja fleksibel dan pekerjaan bermakna makin menjadi norma, sebuah studi baru menyoroti imbalan dan tantangan yang dihadapi orang-orang yang meninggalkan karier konvensional demi kegiatan yang lebih bergairah.

Dilakukan selama satu dekade, penelitian tersebut secara khusus difokuskan pada instruktur olahraga salju di Selandia Baru, Jepang, dan Kanada, untuk mengungkap apa artinya memprioritaskan pertumbuhan dan gairah pribadi dibandingkan stabilitas keuangan dan jam kerja tradisional.

Marian Makkar, dosen senior pemasaran di Universitas RMIT, ikut menulis studi tersebut diterbitkan dalam Jurnal Internasional Riset Pemasaran. Makkar menjelaskan bahwa banyak peserta meninggalkan pekerjaan konvensional mereka karena mereka merasa jenuh dengan rutinitas yang monoton.

"Melarikan diri dari rutinitas harian untuk mencari karier yang lebih bermakna adalah motivasi utamanya, tetapi itu tidak terjadi tanpa pengorbanan," katanya dalam rilis berita. "Kami mendengar cerita tentang pengorbanan finansial, mental, dan fisik, tetapi sebagian besar peserta melaporkan mengalami pertumbuhan dan kepuasan pribadi yang signifikan."

Kehidupan Nomaden yang Berbeda

Sementara para perantau digital sering bekerja untuk memaksimalkan waktu luang, instruktur olahraga salju memiliki etos yang berbeda. Kehidupan mereka melibatkan perjalanan terus-menerus, membawa barang-barang mereka dalam jumlah tas yang sedikit, dan berpindah dari satu musim dingin ke musim dingin lainnya tanpa jeda musim panas.

“Meskipun para perantau digital dan instruktur olahraga salju memiliki beberapa kesamaan, seperti keinginan untuk melarikan diri dari hal-hal yang biasa, mereka menjalani gaya hidup yang berbeda,” imbuh Makkar.

Titik Balik Dinamika Tenaga Kerja

Wawasan Makkar muncul pada momen penting ketika tenaga kerja menuntut keseimbangan antara fleksibilitas dan produktivitas.

"Bagi karyawan, tidak pernah ada waktu yang lebih baik untuk menuntut fleksibilitas atau mempertimbangkan untuk meninggalkan pekerjaan kantoran demi karier yang lebih bermakna," tambah Makkar. "Namun, terserah kepada pengusaha yang keras kepala untuk menerima perubahan ini atau menghadapi risiko penurunan produktivitas, bahkan mungkin kehilangan sebagian besar tenaga kerja mereka."

Lebih jauh, Makkar menekankan pentingnya pekerjaan yang bermakna, merujuk pada penelitian yang menunjukkan bahwa bekerja jarak jauh dapat meningkatkan kebahagiaan karyawan hingga 20%. Namun, pengalaman mendalam dari mereka yang mengubah hobi menjadi karier belum sepenuhnya dieksplorasi.

“Para pekerja ini mengejar perasaan pencapaian, kehidupan yang penuh kebajikan, dan makna hidup yang lebih besar,” tambah Makkar. “Kebahagiaan bisa cepat berlalu dan berumur pendek, tetapi kerja keras dan menetapkan tujuan besar, serta mengembangkan keterampilan untuk mencapainya, adalah hal yang dapat mendatangkan kepuasan dan kepuasan hidup jangka panjang.”

Pengalaman Kehidupan Nyata

Refleksi salah satu peserta merangkum temuan inti studi: “Saya ingat di universitas, dosen manajemen pertama saya berkata, 'Anda bisa menjadi CEO, berpenghasilan $300,000 setahun, dan mendapat libur sebulan setiap tahun untuk bermain ski,' dan saya berkata, 'atau saya bisa bermain ski setiap hari dan masih mampu makan dan membayar sewa. Itu saja yang saya butuhkan, bukan?'”

Namun, gaya hidup ini tidak cocok untuk semua orang. Beberapa peserta kembali ke pekerjaan tradisional ketika mereka merasa telah kehabisan pengembangan pribadi yang ditawarkan oleh karier olahraga salju mereka. Yang lain merasa kondisi kerja yang tidak menentu, upah yang minim, dan ketergantungan pada kondisi cuaca tidak berkelanjutan.

Meski menghadapi tantangan ini, banyak yang masih menemukan cara untuk memadukan minat mereka dengan gaya hidup yang lebih mapan.

Ryan, mantan instruktur penuh waktu, merenung, “Seiring bertambahnya usia, saya lebih terbuka terhadap hal-hal lain jika ada kesempatan lain. Jika saya bisa mendapatkan cukup uang untuk tetap bermain snowboarding selama beberapa waktu dalam setahun … saya tidak akan mengesampingkan kemungkinan itu.”

Implikasi yang lebih luas

Makkar yakin wawasan penelitian ini melampaui instruktur olahraga salju dan dapat diterapkan pada karier non-tradisional lainnya, seperti pengaruh media sosial.

“Seperti instruktur olahraga salju, influencer sering kali memulai dengan hasrat dan keterampilan untuk hobi tertentu,” tambahnya. “Namun, pada akhirnya mereka harus mengelola tuntutan karier dan menghadapi apa yang bisa menjadi pengalaman melelahkan sebagai pengusaha influencer.”

Sumber: Universitas RMIT